Daya Tarik Wisata Kota Lama, Semarang
Cobalah mengenali lebih jauh melalui sejarah sebuah kota jika kamu ingin mencintai dan menikmatik kota tersebut agar menjadi nyaman ketika berada lama di dalamnya.
Sabtu, 28 Maret 2015. Saya berkesempatan mengikuti acara
pelatihan jurnalistik dan fotografi yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
Opini FISIP Undip. Pelatihan yang bertajuk Training on the Road ini dikhususkan
untuk anggota LPM Opini saja. Trainingnya diadakan di kawasan Kota Lama,
Semarang.
Pertama para peserta berkumpul di SPBU Undip pukul 7.00
kemudian berangkat sekitar pukul 7.30an. sesampainya di lokasi, tepatnya di
Retro Café, peserta langsung dibagi menjadi 10 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan tiga orang. Saya berada di kelompok 10 dengan dua adik angkatan.
![]() |
Suasana di Cafe Retro saat penjelasan materi oleh pembicara |
Singkat cerita, sesi pertama adalah pemberian materi dasar
jurnalistik dan teknik wawancara dan materi fotografijurnalistik oleh dua
pembicara yang telah diundang oleh panitia. Sesi berikutnya adalah hunting
berita. Kami semua mencari berita yang kemudian nanti akan dikoreksi bersama. Kami
diberikan waktu sekitar dua jam, dari mulai mencari berita, memotret berita
tersebut hingga mengolahnya menjadi berita yang layak.
Setelah hunting berita selesai, dimulailah pembahasan
bersama karya yang sudah kami buat. Pembahasannya dilakukan di Taman Sri
Gunting yang terletak di sebelah Gereja Blenduk. Tamannya cukup rapih walaupun
gak 100% bersih tanpa sampah, banyak pohon tapi belum rindang. Fortunately,
kelompok saya berhasil menajadi berita yang difavoritkan oleh kedua pembicara
pada pelatihan itu. Yeaahhh.
![]() |
Taman Sri Gunting, di samping Gereja Blenduk sumber: dari sini |
Setelah pemberian hadiah ala kadarnya ya kita pun seperti
orang-orang kekinian, langsung mengabadikan kebersamaan dengan berfoto bersama.
Setelah itu selesai sudah acara Training on the Road pada hari itu
It was fun. Makin nambah ilmu di bidang jurnalistik dan
fotografijurnalistik, tambah deket sama anggota Opini yang lainnya, memperhangat
kebersamaan dan mempererat hubungan antar anggota. Bermanfaat sekali acara yang
seperti itu. Selain nambah ilmu dan keakraban tentunya bisa sambil jalan-jalan,
refreshing di kawasan yang pertama kali dibangun dan dikembangkan pada zaman colonial
Belanda.
Setelah pelatihan selesai, saya menemani sahabat saya untuk
mewawancarai salah satu pemilik Café Retro, café yang kami gunakan untuk
pelatihan tadi. Ini adalah tugas yang hasil nantinya akan dimuat di bulletin bulanan,
Morpin. Setelah mewawancarai salah satu ownernya yang sangat ramah, saya dan
sahabat saya, Nayo, melanjutkan perjalanan *ecieileeh* ke Galerry Seni
Kontemporer Semarang yang letaknya tidak jauh dari Café Retro. Cukup dengan
membayar harga tiket masuk sebesar Rp 10.000, pengunjung sudah bisa menikmati
keindahan seni (mayoritasnya) lukisan aliran kontemporer.
![]() |
Gallery Seni Kontemporer |
![]() |
Salah satu koleksi lukisan di SCAG |
Gedung Galeri Seni Kontemporer Semarang ini terdiri dari dua
lantai, lantai pertama berisi ruang pameran, office pengelola, dan taman belakang
berumput yang menampilkan patung tinggi besar namun dengan pose miring berwana
hijau tua, dua kursi kayu yang bersebrangangan dan di depan toilet terdapat
patungwarna cokelat tanpa busana yang terlihat seperti anak kecil sedang
kedinginan dan berambut botak. Dilantai dua ada ruang pameran yang terdiri dari
beberapa lukisan menakjubkan dan sebuah televisi layar datar yang menampilkan
video seni, entahlah video tentang apa, saya tidak menyimaknya. Dilantai tersebut
terdapat tiga ruangan yang dipisahkan oleh sekat, satu ruangan utama yang
paling besar dan dua ruangan yang lebih kecil lainnya.
![]() |
Seorang pengunjung sedang mengamati salah satu koleksi lukisan di SCAG |
![]() |
Gallery Seni Kontemporer |
Setelah puas melihat-lihat koleksi lukisan dan beberapa
koleksi foto yang menggambarkan kondisi dan suasana gedung sebelum dijadikan
Galeri Seni Kontemporer Semarang, kami berdua hendak menuju gereja tertua di
Jawa Tengah, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Blenduk. Namun, kita urungkan niat
kita karena kita lebih tertarik untuk menggunakan salah satu fasilitas yang
terbilang cukup baru yang disediakan dinas pariwisata kota Semarang. Yak kami
menaiki bus tingkat yang akan membawa kami wisata seajarah kota di sekitar Kota
Lama. Kita bisa menaiki bus tingkat itu dari shelter pemberhentiannya yaitu di
kawasan Taman Sri Gunting, tidak jauh dari Galeri Seni Kontemporer Semarang,
persis disebelah Gereja Blenduk.
![]() |
Bus Tingkat Semarjawi. Sumber: dari sini |
Untuk bisa menaiki bus tingkat berwarna merah itu, kita
harus bayar ongkosnya dulu sebesar Rp 15.000 per orang. Kita hamper kehabisan
tiket, untungnya masih ada dua kursi di atas yang masih tersisa. Naiklah kami
bus tersebut. Posisi duduknya di atas pojok kanan bagian depan lho, kurang seru
apalagi tuh. Udah berasa turis aja. Sayangnya karena di Semarang ini mataharinya
terik banget jadi ya kurang nyaman aja lah, udahlah atapnya terbuka gitu. Alhasil
kita gosong kebakar matahari hehe
![]() |
Kawasan Kota Lama. Sumber: dari sini |
Polder Tawang. Sumber: dari sini |
Ya kita keliling-liling Kota Lama kurang lebihnya sekitar 30
menit. Kita melewati Gereja Blenduk, gedung Asuransi Jiwasraya yang dulunya
bekas kantor VOC, restoran Ikan Bakar Cianjur yang dulunya adalah kantor
pengadilan untuk pribumi, kemudian melewati beberapa bangunan tua bersejarah. Eyke
gak inget semuanya cyin. Yang masih eyke inget, ngelewatin jembatan Embruk
berwarna merah, kemudian melewati kawasan 0 kilometer dan kantor pos tertua, hotel
bekas tempat menginap para Jendral Belanda yang berkunjung ke Semarang, melewati
Gedung Badan Keuangan Daerah Semarang, Stasiun Tawang dan Polder Tawang, gedung
pertunjukan, gereja Katolik pertama di Kota Lama, tanah yang dulunya adalah
hotel Johnson yaitu hotel pertama di kawasan Kota Lama, Gedung Der Spiegel dan
Gedung Marba hingga akhirnya kembali ke shelter Taman Sri Gunting. Belum puas
sih menaiki bus yang satu itu untuk mengelilingi kawasan yang dijuluki Little
Netherland tersebut. Selama tour singkat dengan bus tingkat itu, sang guide
dengan baiknya menjelaskan sejarah beberapa gedung dan sejarah singkat kota
Semarang
![]() |
Kantor Pos Besar di Titik Nol Kilometer Semarang. Sumber:dari sini |
Honestly, saya justru mulai mencintai kota yang dijuluki
sebagai Venice van Java ini. Karena saya mulai sedikit menegetahui sejarah
berdirinya kota yang banyak memiliki sungai ini. Salah satu tips yang bisa saya
kasih sih ya cobalah mengenali lebih jauh melalui sejarah sebuah kota jika kamu
ingin mencintai dan menikmatik kota tersebut agar menjadi nyaman ketika berada
lama di dalamnya. Bangga dan kagum juga dengan sejarah peradaban pembangunan
kota yang sudah dirintis sejak masa penjajahan Belanda.
Wajib dateng ke kawasan Kota Lama, Semarang kalau kalian main
ke Semarang. Tarif masuk ke tempat wisatanya juga gak mahal kok. Oh iya FYI,
HTM Gereja Blenduk sebesar Rp 10.000 perorang, buka setiap hari Senin-Sabtu
pukul 8.00-16.00. Kalau Galeri Seni Kontemporer Semarang HTM nya juga sebesar
Rp 10.000, jam operasionalnya pukul 9.00-16.30, buka setiap hari Selasa-Minggu.
Kalau bus tingkat kurang tahu ya jam keberangkatannya, tapi saya naik yang
pukul 16.00 kemudian setengah atau satu jam kemudian bus itu berangkat keliling
lagi mengangkit wisatawan lainnya.
NB:
Boleh banget ngunjungin Café Retro kalau lagi di kawasan Kota
Lama. Konsepnya unik dan keren. Bangunannya tua, kayak bekas gudang lama gitu,
interiornya super antik, bisa buat tempat foto-foto gitu deh. Cocok buat tempat
nongkrong tapi agak gerah sih soalnya kan Semarang panasnya sangat luar biasah
ya dan di café itu cuma tersedia fan gak ada AC. Menunya kebanyakan light meal
gitu tapi juga ada beberapa makanan berat tapi ya emang lebih diutamain
camilam-camilan teman ngobrol asyik bareng teman-teman. Harga? Paslah, emang
disesuain sama kantong anak muda. Paling mahal cuma Rp 26.000
Cioa
Sumber gambar: dokumentasi pribadi dan berbagai sumber. Gak sempet ngambil foto di sekitar kawasan Kota Lama kecuali di SCAG
Sumber gambar: dokumentasi pribadi dan berbagai sumber. Gak sempet ngambil foto di sekitar kawasan Kota Lama kecuali di SCAG
Komentar
Posting Komentar