Pergi ke Sekolah, bukan ke KUA, dek!

Postingan kali ini masih ngebahas tentang pernikahan eitss tapi saya gak mau terkesan curcol wkwk. Ya nikah hmm adalah tahap yang mungkin untuk beberapa orang adalah tahap yang sulit untuk dijajaki dengan berbagai alasan ya mungkin belum siap atau emang gak ada yang mau  belum nemu jodohnya. Memang jodoh bisa datang kapan saja, bisa diusia dua puluhan awal, tengah atau akhir dan bisa juga diusia 30 tahun keatas apalagi ya ini kan katanya jaman modern. Ternyata eh ternyata di abad ke 21 ini masih ditemukan pernikahan anak *BOOM!*, jaman dulu mah ya ini bukan hal yang ganjil ya genks.

Gak percaya? Yakin? Ya saya sih ada nih salinan datanya wkwk, dikutip dari laporan UNICEF tahun 2016 ternyata hingga laporan tersebut diturunkan nih ya ada sekitar 700 juta perempuan di dunia yang kewong nikah saat masih anak-anak (di bawah usia 18 tahun). Buanyak kan tuh?

Terus di Indonesia sendiri begimane? Nyatanya Indonesia masih jadi salah satu negara dengan pernikahan anak tertinggi di kawasan Asia Pasifik dan Timur meski ada tingkat penurunan dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Ada sekitar 375 anak perempuan (dibawah 18 tahun) yang menikah setiap harinya di Indonesia. BPS (Badan Pusat Statistik) pernah ngasih data bahwa kebanyakan pernikahan usia anak terjadi di pedesaan yaitu sekitar 27,11%

Sumber: Instagram UNICEF Indonesia
Masih berdasarkan data dari BPSyaitu  hasil analisis mereka di tahun 2016 tentang pernikahan usia anak, berdasarkan analisis tersebut 1 dari 4 anak perempuan menikah dibawah usia 18 tahun (sumber artikel). Terus ya kalau menurut PBB, negara Indonesia itu ada diurutan ke tujuh sebagai negara dengan tingkat pernikahan anak tertinggi di dunia. Kalau di Asia Tenggara ada di posisi kedua setelah Kamboja

Lula eh lalu apa sih dampak negatif pernikahan usia anak? Nih ya pertama secara fisik ya emang belum siap buat mengandung dan berhubungan dan lebih rentan terkena kanker serviks. Apalagi? Berdasarkan data dari Plan Indonesia (salah satu organisasi kemanusiaan) sebesar 44% anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan frekuensi tinggi dan 56% anak perempuan lainnya mendapatkan kekerasan rumah tangga dengan frekuensi rendah. Ah gilak gak tuh? Intinya anak perempuan yang nikah dini sangat amat berpotensi mendapatkan KDRT. Karena organ reproduksinya belum siap maka bakalan mempengaruhi kesehatan reproduksi jadi kemungkinan meninggal selama proses hamil dan melahirkan bisa lebih tinggi dibandingkan perempuan yang menikah di usia 20an, eh si bayi yang dilahirkan pun juga berisiko meninggal. Pernikahan usia anak juga ya jelas sekali dapat memutus akses pendidikan, cuma ada 5.6% anak menikah dini yang masih melanjutkan pendidikan. (sumber: artikel BkkbN NTB)

Ngemeng-ngemeng masalah pendidikan rupanya pendidikan bisa lho dijadiin 'vaksin' pencegah pernikahan usia anak. Emang apa sih pentingnya pendidikan buat mencegah pernikahan usia anak? Wuah ya jelas gak penting-penting amet sih penting lah. Secara ya kan pernikahan usia anak bisa terjadi karena dorongan ekonomi, faktor budaya dan rendahnya tingkat pendidikan jadi bisa aja mereka gak tau menahu insight tentang reproduksi dan mental anak-anak yang gak siap buat nikah dini. Dengan anak perempuan yang belajar maka mereka jadi fokus buat belajar *yaiyalah* ya pokoknya kalau anak perempuan sibugh menjalani pendidikan dia bakalan bisa mengembangkan potensi di dirinya dan nantinya juga bisa membantu mengembangkan potensi yang ada di sekitarnya, dipikirannya gak melulu mikirin masalah kawin kawin kawin biar bisa mengubah nasib ya mending mengembangkan diri aja sih baru deh nanti nasib bisa berubah. Lagi pula kan pendidikan hak setiap warga negara, ye gak?

Sumber: Instagram UNICEF Indonesia


Setelah anak perempuan nyelesain pendidikannya ya minimal SMA dan lebih bagus lagi tingkat universitas dari situ anak perempuan nantinya jadi punya pilihan yang lebih dalam menentukan masa depannya dan juga jadi punya power terhadap diri mereka sendiri. Kemungkinan kondisi ekonomi berubah menjadi lebih baik juga bisa terjadi kalau anak perempuan mendapatkan pendidikan tinggi. Kalau masih anak-anak terus nikah dan gak ngelanjutin pendidikan lagi apakah dia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib dari si anak dengan baik dan benar? Jangankan itu kadang orang tua yang pendidikannya bagus juga bingung jawabnya (?) Kan penting juga tuh pendidikan buat emaknya si anak ye kan ada istilah nih ya "if you eduacate a man, you educate a man. But if you educate a woman, you educate a generation" *hazeek*

Terus ya kalau memang pendidikan bisa jadi vaksin untuk mencegah pernikahan dini, gimana supaya anak-anak perempuan bisa benar-benar mau menempuh pendidikan? Ya kualitasnya lah diperbaiki baik dari segi SDM dan fasilitas. Saya sih gak ngerti ya masalah anggaran dana pendidikan sekolah-sekolah di desa-desa dan perkotaan gitu cuma dulu waktu jaman SMA tuh sekolah gue dapet kayak lemari atau tempat buku gitu sama meja dan kursi banyak banget tapi gak kepake terus dianggurin gitu soalnya meja dan kursi yang lama masih layak, saya gak ngerti ya apa fasilitas kayak gitu bisa dihibahin ke sekolah yang membutuhkan. Masih banyak lho sekolah-sekolah di pelosok yang buruk banget fasilitasnya.

Kemudian SDM nya juga sering-sering gitu lah dikasih pelatihan atau pendidikan lainnya untuk mengupgrade kemampuan mereka dalam mendidik, kesejahteraannya juga jangan sampai lupa. Kasian lho guru-guru honorer yang udah ngajar puluhan tahun kesenjangannya kelihatan banget dengan guru-guru PNS. Sempat ada yang bilang "tenaga pengajar yang tugasnya mendidik generasi bangsa gajinya lebih kecil dibanding seleb-seleb yang katanya lebih berpotensi merusak moral bangsa". Pemerintah dan stakeholder beneran harus serius deh memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia supaya pendidikan nyata dampaknya sebagai vaksin pencegah pernikahan dini.

Ya pokoknya sebaiknya anak-anak gak usah deh mikirin kewang kewong kewang kewong nikah atau dipaksa nikah. Pemerintah dan stakeholder termasuk saya dan masyarakat harus lebih gencar nih mempromosikan pendidikan supaya setiap anak di Indonesia bisa merasakan sekolah dan dampaknya bagi masa depan mereka. Supaya tidak ada lagi anak Indonesia yang merasakan risiko pernikahan usia anak


Komentar

  1. Bonus Code "BONUSSEEKER" for December 2021
    Claim Bonus Code BONUSSEEKER and get Free Bonuses 토토사이트넷마블 up to €100 in Free 카심바 Play. 브라 벗기 Bonus Code BONUSSEEKER 먹튀 사이트 먹튀 랭크 and get €100 in Casino bonus code 벳365우회 BONUSSEEKER.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rights For The Victims; Solution (Part 3-Finale)

Hoax dan Orang Tua; Sefruit Tips Meliterasi Baby Boomers & X

Touched by Jackie and Her Love to Him