Hoax dan Orang Tua; Sefruit Tips Meliterasi Baby Boomers & X


“Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan meliterasi orang tua kita?”

Beberapa waktu lalu saya sempat melihat sebuah tweet yang pada intinya, tweet tersebut menggambarkan kekhawatiran seorang anak terhadap orang tuanya. Khawatir orang tuanya terhasut dengan aksi politik berkedok religi.



Ya saya pun merasa khawatir, tapi lebih tepatnya khawatir orang tua saya--yang cukup aktif menggunakan aplikasi pesan instan ya sebut saja WhatsApp (WA)-- termakan hoax dan menyebarkan hoax tersebut. Amit2 sekali kalau sampai hoax itu adalah hoax yang fatal jika disebarkan.

Media-media juga tak henti-hentinya memberitakan para penyebar hoax yang pada akhirnya harus berurusan dengan kepolisian, kebanyakan dari penyebar hoax adalah mereka-mereka yang ya bisa dibilang sudah orang tua. Haduuh saya takut sekali, kalau orang tua saya yang sebetulnya ndak tau apa-apa tapi jadi korban karena tanpa sadar telah menyebar hoax.

Beberapa waktu lalu juga, saya mendapati, ibuk saya membagikan sebuah pesan WA di grup keluarga. Pesan itu saya yakini didapatkan beliau dari grup WA lainnya. Pesannya berisi peringatan kalau WA sedang dimata-matai dan akses internet akan dibatasi dari jam sekian sampai jam sekian. Saya yang notabene pekerja media, tak tau ada informasi resmi yang demikian. Lalu saya melakukan pencarian sederhana melalui mbah google. Hasilnya? Pesan WA yang ibu saya sebarkan itu adalah hoax lama yang diproduksi ulang.

Haduuh, langsung lah saya share tautan berita resmi. Berita tersebut menerangkan kalo rupanya pasan WA yang disebar ibu saya adalah isapan jempol belaka *jempolnya siape pula itu eimm* alias hoax.



Untung saja itu informasi yang tak begitu berbahaya untuk disebar dan bisa sesegera mungkin saya hentikan penyebarannya. Ya setidaknya dari genggaman ibu saya sendiri lah. Gak bisa dibayangin kalau pesan yang disebar ibu saya itu adalah pesan berisi ujaran kebencian atau yang mengandung SARA.

Sebetulnya sudah sejak lama saya mewanti-wanti orang tua saja untuk hati-hati dalam membagikan pesan yang didapat dari grup WA. Jangan langsung diforward. Saya betul-betul khawtir, mengingat kebiasaan orang tua saya yang cukup jarang mengonsumsi berita, yaaa tau lah orang tua lebih senang konsumsi apa kalau lagi nonton TV.

Saya juga baru menyadari orang tua saya masih sangat terhegemoni dengan doktrin Orba hahahaha dan ya tentu potongan-potongan sejarah yang dikonstruksikan oleh rezim Orba masih mengakar kuat dalam keyakinan orang tua saya.

Saya sempat merasa shock sih, gimana ya biar orang tua saya tuh setidaknya sadar informasi yang kredibel. Saya merasa sangat bertanggungjawab dengan keberdayaan orang tua saya dalam memfilter informasi yang valid. Kenapa? Karena saya orang media, ya jelas dong saya ndak mau kalau saya hanya memberikan trusted information kepada khalayak di luar sana tapi ya masa orang tua saya gak terliterasi dengan baik.

Diskusi sempat saya lakukan dengan seorang teman yang ternyata lebih dulu memiliki kekhawatiran yang saya rasakan. Tipsnya pun berusaha saya lakukan, ya sebisa saya dongss tentunya dengan disesuaikan sama karakter orang tua saya.

1. Kasih pengertian kalau kita melek informasi *ini bukannya suombong ya tapi ya ini tanggungjawab kita sebagai orang yang mengonsumsi trusted news. Kita yang dapat privilese mengenyam bangku perkuliahan juga diajarin kan berpikir kritis

Pelan-pelan saya kasih tau orang tua saya, tapi ini lebih ke ibuk saya dulu sih. Saya sadarkan ibu saya dulu, bahwa beliau ki nduwe anak yang kerjone ning media. Kerja di media mau ga mau harus tau informasi yang anyar dan valid.

2. Tawarkan Bantuan Memfilter Informasi
Teroooss, saya bilang ke ibu saya, kalau dapat pesan atau berita, tanyain dulu ke saya, apakah itu berita atau info valid atau nggak. Saya juga bilang, jangan asal sebarin di WA. Ya alasan ibu saya sih "ya kan maksud ibu baik, buat ngingetin". Walah dalah, yoo ngingetin tapi kalo konten informasinya gak bener ya percuma lah yaaa.

Ya itu sih sekarang, ibu saya udah ga pernah share apa-apa lagi di WA wkwkwk. Baru itu aja yang dijalankeun ibu saya.

3. Arahkan tontonan ke Program Berita
Oh ya satu lagi, ibu saya setidaknya sudah rajin nonton 1 berita tiap harinya, meski tontonan hariannya masih didominasi FTV dan sinetron. Ibu saya sudah saya kasih tau tapi masih ngeyel soal tontonan.

4. Sediakan Bahan Bacaan yang Bagooss
Ibu saya juga sudah saya suruh baca buku-buku saya tapi gak tertarik wkwkwk. Yowes lah, sekarepnya aja.

Sebetulnya sih ya daripada nonton berita ya mending sediain koran atau majalah berita aja sekalian. Tapi ya proses meliterasi ini pelan pelan dulu aja.

5. Kasih Pengertian Bahayanya Hoax
Yang penting kita sebagai anak bisa kasih pengertian ke orang tua. Kasih pengertiannya dengan cara baik lho ya bukan dng cara dimarah2in atau dibentak2 gara2 ngeshare hoax. Kalau kayak gitu yang ada orang tua malah jadi sedih gak gak paham bahayanya nyebarin informasi hoax.

6. Ajarin Gimana Sih Pakai Teknologi Jaman Now
Gak kalah penting juga ngajarin orang tua untuk menggunakan gadget dan menggunakan internet dengan baik, membedakan informasi valid atau tidak. Ngajarinnya juga yang sabar.

//

Saya juga senang kalau sekarang-sekarang ini ibu dan ayah saya nanya langsung ke saya, tentang berita-berita yang mereka dengar. Nanya "emang bener ya kayak gitu?" atau "itu kenapa sih, itu gimana beritanya". Saya pun dengan senang hati menjelaskannya ke mereka wkwkwk.

Orang tua tuh cuma butuh dimengerti, kita sebagai anak yang udah dewasa ya mau ga mau harus belajar memahami orang tua. Karena masih banyak orang tua yang gagap teknologi. Sekarang terkesan teknologi ya dikuasai oleh para pemuda pemudi, orang tua hanya berusaha memfollow perkembangan zaman.

Semoga kita dikasih kesabaran yang ekstra ya untuk ngajarin teknologi dan meliterasi orang tua kita. Sebagaimana mereka dulu dengan sabar ngajarin kita cara pakai sendok atau ngajarin kita baca sampe akhirnya kita dianggap lebih melek informasi dan teknologi kayak sekarang ini.


Komentar

  1. Terima kasih banyak Indri, saya kira kamu sudah benar-benar mulai memahami bagaimana sebaiknya kita bersikap kepada orang tua, seperti yang pernah kita diskusikan dulu di bawah bianglala citra grand. Saya juga masih belajar mengenai hal ini, disemogakan kita makin sayang dan bisa berperilaku baik pada orang tua ya. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Saya selalu ingat dng konten obrolan itu :")

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rights For The Victims; Solution (Part 3-Finale)

The Evolution of Barbie, Let's Break The Unrealistic Beauty Standard!