Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Kapan Kebebasan Akan Diri Sendiri Didapat oleh Perempuan?

Terlalu sering ku mendengar anggapan kalau perempuan harus segera menikah, agar tanggung jawab orang tua bisa beralih. Ya beralih menjadi tanggungjawab sang lelaki yang secara legal menjadi suami si perempuan. Kenapa sih? Kenapa perempuan sebelum menikah dianggap sebagai 'beban' tanggungjawab orang tua kemudian setelah 'transaksi' itu otomatis 'beban' tanggungjawab berpindah ke suami yang sebetulnya bagi saya adalah partner si perempuan (kurang pas bagi saya jika satu pihak membebani pihak lainnya yang dianggap setara) Tidak bisakah kita mewajarkan narasi 'yang bertanggungjawab terhadap perempuan ya perempuan itu sendiri'. Sebegitu lemah dan tak berdayanya kah perempuan sampai-sampai dianggap tak mampu memikul tanggungjawab terhadap dirinya sendiri? Padahal saat ini sudah banyak perempuan yang merengkuh kebebasannya di ruang publik, mendapatkan haknya untuk bekerja dan menggali ilmu, turut berkompetisi di dunia yang ya lagi-lagi harus saya akui, du

Hoax dan Orang Tua; Sefruit Tips Meliterasi Baby Boomers & X

Gambar
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan meliterasi orang tua kita?” Beberapa waktu lalu saya sempat melihat sebuah tweet yang pada intinya, tweet tersebut menggambarkan kekhawatiran seorang anak terhadap orang tuanya. Khawatir orang tuanya terhasut dengan aksi politik berkedok religi. Ya saya pun merasa khawatir, tapi lebih tepatnya khawatir orang tua saya--yang cukup aktif menggunakan aplikasi pesan instan ya sebut saja WhatsApp (WA)-- termakan hoax dan menyebarkan hoax tersebut. Amit2 sekali kalau sampai hoax itu adalah hoax yang fatal jika disebarkan. Media-media juga tak henti-hentinya memberitakan para penyebar hoax yang pada akhirnya harus berurusan dengan kepolisian, kebanyakan dari penyebar hoax adalah mereka-mereka yang ya bisa dibilang sudah orang tua. Haduuh saya takut sekali, kalau orang tua saya yang sebetulnya ndak tau apa-apa tapi jadi korban karena tanpa sadar telah menyebar hoax. Beberapa waktu lalu juga, saya mendapati, ibuk saya membagikan sebuah pesan

Definisi Tentang Kita

Gambar
Oh hey, aku kesulitan mendefinisikan kita Aku juga tak yakin definisi ku sama dengan definisi mu tentang kita Bukan tak yakin, aku terlalu takut jika memang berbeda Lalu ada mereka yang begitu sok tahu Eh tapi ​aku sih masa bodo dengan mereka Ku bebaskan mereka menginterpretasikan kita Karena sebetulnya, mereka tak tahu, mungkin kita juga belum sadar Iya belum sadar, kita tak akan menjumpai ujung yang sama Mungkin nanti kita akan mengetahui, pada realitanya selama ini kita tak sadar ada di jalur yang berbeda Hanya jalurnya saja yang berdekatan Tapi kita tak pernah ada di satu jalur Jalurnya dekat tapi berlainan.

Kekerasan Seksual di Lingkungan Kerja Menjadi Hantu bagi para Pekerja

Gambar
Amel (tengah) didampingi sahabat dan dosennya, Ade Armando (kiri). Kekerasan seksual di lingkungan kerja bagaikan fenomena gunung es, kasus-kasus yang terungkap hanyalah secuil dari banyaknya kasus yang terjadi. Salah satu kasus yang belakangan mencuat ke permukaan yakni dugaan kekerasan seksual yang dialami karyawati kontrak Asisten Ahli Badan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan (TK) bernama Rizky Amelia. Amel sapaan akrab perempuan berusia 27 tahun ini, mengaku mengalami kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh atasannya sendiri salah seorang anggota Badan Pengawas BPJS TK, Syafri Adnan Baharuddin. Kekerasan seksual yang dialami Amel tidak hanya berlangsung di kantor saja, dalam empat kali perjalanan dinas sejak tahun 2016 hingga 2018, ia mengaku diperkosa oleh Syafri. Diceritakan oleh Amel, Syafri pertama kali melakukan pemerkosaan di Pontianak kemudian kembali melakukan tindakkan biadab itu saat perjalanan dinas ke Makassar, Bandung dan Jakarta. Syafri juga dituding ac